- DEFINISI RISIKO OPRASIONAL
Setiap hari perusahaan menghadapi
berbagai macam risiko. Risiko-risiko yang dihadapi seperti, barang
yang diproduksi tidak dapat dijual karena tidak diminati oleh
konsumen, harga bahan baku yang tiba-tiba meningkat sehingga
perusahaan harus membayar lebih mahal dari yang diperkirakan,
piutang-piutang perusahaan yang tidak dapat tertagih, kecolongan
keuangan karena karyawan yang tidak jujur, produksi yang macet karena
mesin rusak, barang yang diproduksi tidak sesuai dengan kualitas yang
diharapkan, dan lain-lain kejadian yang dapat merugikan perusahaan.
Risiko perusahaan bahkan menjadi
semakin besar dengan semakin beraneka ragam barang yang diproduksi
perusahaan dan semakin kompleks pekerjaan yang dilakukan, atau
semakin banyak transaksi yang terjadi. Dengan kata lain, semakin
kompleks aktivitas yang dilakukan, semakin besar risiko oprasional
yang dihadapi.
Risiko
oprasional
merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal
perusahaan. Risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem
kontrol manajemen yang dilakukan oleh internal perusahaan.
Basel II Capital Accord
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko kerugian yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak berjalannya proses internal,
manusia dan sistem, serta sebagai akibat dari kejadian eksternal dan
hukum. Walaupun risiko ini dapat diterapkan pada semua jenis
organisasi bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada bidang perbankan
yang regulatornya bertanggung jawab untuk menciptakan pengamanan
sebagai perlindungan tehadap kegagalan sistem perbankan dan ekonomi.
Risiko oprasional mencakup pula risiko hukum tapi mengecualikan
risiko strategi yaitu risiko kerugian karena buruknya keputusan
strategi bisnis. Definisi ini juga mengecualikan risiko reputasi
walaupun disadari bahwa suatu kerugian oprasional yang cukup besar
tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi dan dapat membawa
dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan organisasi.
Risiko operasonal dapat
menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung
dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh
keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang melekat (inherent) pada
setiap aktivitas fungsional, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem
informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya
manusia.
Risiko operasional bukanlah hal
baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling akhir
terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko operasional dalam
Basel II adalah termasuk risiko hukum, namun tidak mencakup risiko
bisnis, strategis dan reputasi.
- KARAKTERISTIK RISIKO OPRASIONAL
Berbagai bentuk risiko
operasional, seperti penipuan, telah dikelola secara aktif melalui
teknologi, pengendalian dan sistem keamanan yang digunakan pada
sebagian perusahaan. Dalam Basel II ditambah mengenai manajemen
risiko operasional, dimana suatu perusahaan disyaratkan untuk
mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasi modal untuk menutupi
risiko operasional sebagaimana halnya risiko kredit dan risiko pasar.
Risiko operasional dulu dikelola
secara informal, sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari seorang
manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa sebetulnya pekerjaannya
merupakan praktek dari manajemen risiko. Selain itu, pengelolaan
risiko operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan kepatuhan.
Namun seringkali risiko operasional ini terlambat diidentifikasikan,
karena audit menilai berdasarkan past performance.
Oleh sebab itu, masalah risiko
operasional harus dikelola sebagai bagian manajemen risiko
perusahaan. Risiko operasional seringkali terkait dengan risiko
kredit dan risiko pasar, kegagalan risiko operasional dalam kondisi
pasar yang tertekan mempunyai potensi menimbulkan kerugian yang
besar. Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko
yang berbeda, dapat mengabaikan masalah risiko yang penting, serta
bisa dalam mengukur kinerja, yang berakibat pada risiko keputusan
manajemen yang kurang tepat, karena informasi yang tidak akurat.
Unit kerja operasional,
seharusnya merupakan unit yang paling memahami risiko yang akan
dihadapi. Unit operasional harus aktif dan secara langsung melakukan
identifikasi, menilai dan mengukur risiko yang ada, mengendalikan
risiko, serta mematuhi limit yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja
Manajemen Risiko. Unit kerja operasional juga harus melaporkan kepada
atasan langsung setiap ditemukan pelanggaran yang terjadi.
Terdapat empat jenis kejadian
risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :
- Low Frequency/Low Impact (LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.
- Low Frequency/High Impact (LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.
Sangat sulit untuk diantisipasi
dan diprediksi serta memiliki potensi untuk menyebabkan kerugian yang
besar.
- High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
Jenis risiko ini dikelola untuk
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang pada umumnya sudah
diantisipasi dan dianggap sebagai biaya pelaksanaan kegiatan usaha.
- High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat besar.
Secara umum manajemen risiko
operasional memfokuskan kepada dua jenis kejadian, yaitu :
- Low frequency/high impact (LF/HI)
- High frequency/low impact (HF/LI)
Perusahaan mengabaikan suatu
kejadian yang memiliki low frequency/low impact karena membutuhkan
biaya yang lebih besar untuk mengelolah dan memantau dibandingkan
kerugian yang timbul bila terjadi. High frequency/high impact events
tidak relevan karena bila kejadian ini terjadi perusahaan (khususnya
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan) secara cepat akan
menderita kerugian yang besar dan harus menghentikan usahanya.
Kerugian ini juga tidak berkelanjutan dan pengawas akan mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan praktek-praktek bisnis yang
buruk. High frequency/low impact events dikelola dengan meningkatkan
efisiensi usaha. Kejadian ini umumnya sudah dipahami dan dianggap
sebagai ‘the cost of doing business’.
- BENTUK-BENTUK RISIKO OPRASIONAL
Risiko oprasional ini tentu saja
tidak muncul secara sendirinya tanpa ada faktor yang dapat
mempengaruhinya. Adapun faktor yang membentuk risiko oprasional yaitu
:
- Risiko pada Komputer
Risiko pada
bidang komputer bisa terjadi karena berbagai faktor seperti faktor
masuknya virus yang disebabkan oleh proteksi software yang tidak
memadai. Komputer
yang dalam praktiknya menggunakan jaringan internet paling rentan
terhaadap risiko ini. Tidak hanya itu, faktor human error juga turut
melatarbelakangi risiko ini seperti kesalahan pemakaian dan tidak
stabilnya tegangan listrik. Oleh karena hal tersebut, maka dalam
suatu perusahaan perlu seorang ahli IT yang tangguh dan berkualitas
sehingga bilamana risiko ini timbul perusahaan dapat
menanggulanginya.
Risiko-risiko
yang timbul dalam bidang komputer :
- Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh virus. Solusinya, untuk setiap komputer perlu adanya backup data yang dianggap penting dan memproteksi komputer dari hardware asing.
- Komputer adalah tehnologi yang selalu mengalami perubahan terutama program yang ditawarkan maka perlu personel yang memiliki kualitas IT tinggi agar bisa menghindari risiko dikemudian hari.
- Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat komputer dan biaya tenaga ahlinya akan membutuh biaya yang tinggi.
- Kerusakan Maintenance Pabrik
Perusahaan
yang memiliki mesin sangat mengandalkan pada kualitas
peralatannya dalam menunjang produksi, maka biaya pada pemeliharaan
dan perawatan dan penggantian peralatan pabrik bersifat rutin.
Disisi lain kehadiran teknisi yang alhi dalam mengoprasikan dan cukup
mengerti mengenai mesin tersebut sangat dibutuhkan.
Risiko yang
ditanggung saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik :
- Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat. Solusinya, bahwa setiap perusahaan disarankan untuk selalu menyediakan mesin cadangan beserta suku cadangnya agar aktifitas produksi tidak terbuang percuma.
- Biaya service dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak memilikinya.
- Biaya penggantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan pabrik.
- Kecelakaan Kerja
Kecelakaan
kerja terjadi pada saat perusahaan tidak menerapkan dan memberlakukan
suatu konsep
keselamatan dan jaminan bekerja
sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang
berlaku.
Bentuk Risiko
kecelakaan yang akan dialami perusahaan :
- Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah diterapkan karena dianggap tidak efektif.
- Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan dapat sorotan pers maka akan berakibat turunnya reputasi perusahaan dimata konsumen dan mitra bisnis.
- Bila perusahaan tidak menerapkan keselamatan kerja maka saat mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.
- Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (manual risk)
Risiko dalam
bidang pembukuan secara manual
terjadi
karena beberapa sebab :
- Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat dikertas akan cepat rusak.
- Jika kesalahan dalam pencatatan secara manual maka penyelesaian dan pencarian sumber masalah dilakukan secara manual.
- Proses penyusunan pembukuan berlangsung dengan waktu yang lama sehingga pekerjaan tidak efisien dan efektif.
- Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak ada Kesepakatan Barang Ditukat Kembali
Risiko ini timbul karena tidak
adanya kesepakatan mengenai syarat dan ketentuan dalam hal jual-beli
barang, seperti ketentuan dalam hal retur barang serta kesepakatan
lainnya. Adapun risiko
kerugian yang akan ditanggung
perusahaan
sebagai berikut :
- Bila barang yang dibeli untuk dijual kembali tidak laku dijual perusahaan akan menggalami kerugian.
- Bila ada barang sisa yang tidak dapat ditukar dengan yang baru, maka memaksa perusahaan menjual dengan harga murah. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan barang bila terlalu lama disimpan.
- Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya.
- Pegawai Outsourcing
Pegawai
outsourcing adalah pegawai yang disediakan oleh suatu lembaga
penyedia pegawai
yang kemudian oleh lembaga penyedia pegawai akan ditawarkan ke
perusahaan untuk
diperkerjakan
dengan kontrak.
Alasan
Perusahaan menerapkan sistem Outsourcing yaitu :
- Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena tinggal menghubungi lembaga penyalur kerja.
- Pegawai outsourcing lebih siap kerja karena sudah dipersiapkan.
- Perusahaan hanya bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga kerja sesuai kesepakatan.
- Tidak ada biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan seperti uang pension dan pesangon.
- Perusahaan dengan mudah mengganti karyawan setelah habis kontrak.
Ada beberapa risiko
yang harus ditanggung
perusahaan ketika
menerima pegawai outsourcing :
- Tidak punya rasa tanggung psikologis untuk menjaga perusahaan karena pegawai tersebut lebih bertanggung jawab pada penyalur.
- Rahasia perusahaan selama ia bekerja mungkin diketahui publik bila ia tidak lagi bekerja diperusahaan.
- Globalisasi dalam Konsep dan Produk
Era
globalisasi telah memberikan perubahan bagi konsep bisnis pada
seluruh sektor bisnis, baik financial dan non financial sehingga
penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan
globalisasi tersebut, jika tidak artinya produk tersebut tidak akan
laku di pasaran secara baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan dan
pendidikan bagi para karyawan agar mengetahui konsep dan cara
berfikir global yang kemudian akan tertuang dalam bentuk hasil
produk.
- PERISTIWA RISIKO OPRASIONAL
Basel II mengelompokkan peristiwa
dalam risiko oprasional ke dalam 5 kelompok, yaitu :
- Resiko proses internal
- Risiko Manusia
- Risiko sistem
- Risiko Eksternal
- Risiko Hukum
- Risiko Proses Internal (Internal Process Risk)
Risiko yang terkait dengan
kegagalan dari suatu proses atau prosedur seperti :
- Kesalahan, ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dokumentasi
- Kurang pengawasan
- Kesalahan pemasaran
- Kesalahan penjualan
- Praktek pencucian uang
- Kesalahan atau ketidaktepatan pelaporan
- Prosedur yang tidak sesuai dengan regulasi
- Kesalahan transaksi
- Risiko Sumber Daya Manusia (People Risk)
Suatu risiko yang berhubungan
dengan karyawan atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai oknum
karyawan. Sebab terjadinya risiko ini yaitu : kesalahan manusia,
pegawai yang tidak kompeten, adanya niat jahat, kehilangan karyawan
kunci, dan penipuan.
- Risiko Sistem (Systems Risk)
Suatu risiko yang berhubungan
dengan penggunaan sistem dan teknologi perusahaan sangat tergantung
pada sistem dan teknologi yang digunakan untuk membantu kegiatan
sehari-hari. Penyebab munculnya risiko system yaitu :
- Keruksakan dan kehilangan data
- Kesalahan dalam proses memasukan data
- Ketidakcukupan dalam pengawasan perubahan sistem
- Ketidakcukupan pengawasan pekerjaan yang terkait dengan sistem
- Kesalahan dalam proses program
- Ketergantungan pada teknologi dan kepercayaan terhadap sistem internal tanpa adanya evaluasi
- Ganguan pelayanan akibat kegagalan sistem, baik sebagian atau keseluruhan
- Masalah sistem keamanan
- Ketidaksesuaian sistem
- Penggunaan teknologi baru yang belum teruji
- Resiko Eksternal (Eksternal Risk)
Risiko yang berhubungan dengan
peristiwa yang terjadi yang berada diluar kekuasaaan langsung dari
perusahaan seperti bencana alam, terorisme,pemogokan masal, unjuk
rasa dan kerusuhan, resesi dan krisis ekonomi, krisis politik,
sengketa antar negara dan perang.
- Resiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum berasal dari
ketidakpastian tindakan hukum atau ketidakpastian dalam
menginterpretasikan atau mengaplikasikan kontrak, hukum dan
peraturan. Risiko hukum memilki dua aspek, yaitu ketidakpastian yang
bersumber pada tuntutan hukum yang dilakukan oleh stakeholder dan
ketidakpastian legislasi, interprestasi dan proses pengadilan.
- PENGUKURAN RISIKO OPRASIONAL
Pengukuran
risiko operasional dapat dilakukan dengan menepatkan tingkatan dari
setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka
semakin tinggi kemungkinana untuk memperoleh return yang diharapkan
(actual
return),
dengan asumsi risiko dan return bersifat linear.
Hubungan
Expected Return dan Standar Deviasi
dalam
Perspektif Risiko Oprasional
Keterangan
:
E(R) =
Expected return
atau keuntungan yang diharapkan
= Standar
deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku di sini sering diartikan
dengan tingkat risiko, yaitu semakin besar simpangan bakunya maka
semakin besar risiko yang akan terjadi.
Pada gambar
diatas dapat dilihat hubungan antara E(R) dan σ.
Dimana setiap titik-titik dan wilayah menjelaskan :
- Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan σ juga berada diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko. Dengan kata lain E(R) bersifat searah (linier) dengan risiko yang diterima.
- Posisi II adalah dimana E(R) pada rendah dan σ pada posisi tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (nonlinier).
- Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
- Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi rendah atau E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier).
- Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik optimal untuk kondisi E(R) dan σ.
- BIAYA RISIKO OPRASIONAL
Untuk
mengatasi risiko operasional perusahaan membuat analisa yang mencakup
:
- Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
- Menghitung berapa biaya yang harus di alokasikan menyangkut pengelolahan risiko.
- Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola resiko.
- Memutuskan dari mana sumber dana yang akan dialokasikan untuk mendukung penyelesaian risiko operasional.
- RISIKO OPRASIONAL DAN MODAL KERJA
Pemahaman
risiko operasional berhubungan dengan modal kerja yang dikeluarkan
oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan pembukuan dengan tujuan :
- Dapat dijadikan sebagai laporan pertanggung jawaban pada pimpinan.
- Dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai kebutuhan perusahaan untuk jangka panjang.
- Sebagai pedoman bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat kondisi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya.
- Sebagai bahan rekomendasi seorang investor dalam mengambil keputusan.